Sabtu, 28 Januari 2012

Tentang Orang-Orang KIRI – Korban “MASAKER” Jendral SUHARTO

 Ibrahim Isa:
  PUBLICIST, SECRETARY WERTHEIM FOUNDATION, LEIDEN-AMSTERDAM

Sasaran persekusi dan pembantaian masal 1965-66, yang dilancarkan oleh
Jendral Suharto dan kekuatan politik religius pendukungnya, adalah kaum
Kiri. Namun, MAYORITAS korban pelanggaran HAM terbesar di Indonesia,
adalah warga biasa, rakyat, individu-individu, wong cilik yang anggota
PKI, dituduh PKI, berindikasi PKI, yang non-partai, --- termasuk kaum
Kiri pendukung dan pembela Presiden Sukarno. Mereka-mereka itu tidak
tahu dan tidak mengerti mengapa mereka diperlakukan sedemikian kejam,
biadab dan tidak adil oleh penguasa. Seumur hidup, mereka setia pada
Republik Indonesia. Tidak pernah melanggar hukum dan amat mencintai
Presiden Sukarno.

Dengan sendirinya timbul pertanyaan: Apakah kesewenang-wenangan penguasa
itu, semata-mata disebabkan karena mereka dianggap Kiri?Memang benar,
banyak darwi korabn adalah tergolong kekuatan Kiri. Lama kelamaan
menjadi jelas bagi semua fihak, bahwa yang bertindak sewenang-wenang
itu, yang melanggar hak azsasi, hak hidup mereka, adalah kekuatan Kanan!
Pengertian dan pemahaman umum memang tidak salah !

Sampai sekarang, sampai detik inipun, --- perlakuan tidak adil tsb,
terutama di kalangan para keluarga dan handai taulan, merupakan trauma
dan beban yang amat berat yang mereka pikul sudah setengah abad lamanya.
Mereka memperjuangkan dan mendambakan keadilan dan rehabilitasi hak-hak
manusia mereka, tetapi sedikitpun belum ada tanda-tanda keadilan itu
bisa tercapai. Sehingga tidak sedikit yang berpendapat bahwa keadilan
tidak kunjung tiba pada para korban, karena mereka itu adalah Kiri atau
dianggap Kiri. Penguasa dan pemerintah tidak menggubris kasus 1965,
karena sampai sekarang penguasa Indonesia adalah penguasa Kanan.

Sampai dewasa ini, pemerintah yang adalah hasil pemilu dan hasil
pilpres, yang menjanjikan demokrasi dan reformasi, menjamahpun tidak
kasus 'peresekusi dan pembantai masal' yang terjadi pada tahun-tahun
1965-66-67.

Begitu banyak ulisan dan buku yang terbit selama dasawara ini mengenai
'Peristiwa G30S' , dan pembunuhan yang terjadi segera setelah itu,
menyebut jumlah korban persekusi dan 'masaker' Jendral Suharto tsb
bekisar antara 500.000 sampai 3 juta. Salah seorang pelaku penting,
yaitu Jendral Sarwo Edhi, menyatakan bahwa jumlah yang dibunuh pada masa
itu ada sekitar 3.000.000 orang. Suatu jumlah korban yang kolosal, yang
tidak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah bangsa ini.

* * *

Dewasa ini, – – – – kita mengikuti media Indonesia, terutama di Holland
dan macanegara yang ramai memberitakan dan mengomentari kasus 'masaker
RAWAGEDE'. Ramainya media tentang kasus tsb, penyebabnya adalah
keputusan Pengadilan Den Haag, di Belanda, 14 September 2011, yang
membenarkan gugatan dan tuntutan janda-janda para korban pembunuhan
masal yang dilakukan oleh tentara Belanda (Desember 1947)di desa
Rawagede, sekarang BALONGSARI, Jabar.

/Pengadilan Den Haag memutuskan bahwa kasus tsb tidak bisa menjadi
KADULAWARSA. Bahwa pemerintah Belanda bertanggungjawab atas kejahatan
perang tsb dan harus membayar ganti rugi kepada para janda dan
keturunannya. Keadilan bagi para janda Rawagede telah dimenangkan dalam
tahap pertama perjuangan mereka.Yang dicari Belanda di desa Rawagede
adalah kesatuan gerilya Indonesia yang sering menghadang konvoi tentara
Belanda dan menyerang pos-pos militer mereka pada malam hari. Karena
mereka tidak menemukan seorang gerilyapun, maka sebanyak 431 penduduk
laki-laki dibantai punah tanpa proses apapun.

Mengomentari keputusan Pengadilan Den Haag, Indonesianis Belanda, Prof.
Dr Jan Breman, mengingatkan bahwa pemerintah Indonesia paling tidak juga
harus berbuat serupa, yaitu memberikan keadilan pada para korban
kejahatan pembantaian, seperti yang terjadi dalam tahun-tahum 1965-66.
Lebih-lebih karena korban-korban dan pelakunya adalah bangsa sendiri,
Adalah aparat negara sendiri yang terlibat dalam kejahatan kemanusiaan itu.

* * *

Dari sudut pandangan revolusioner, --- Revolusi Indonesia adalah
Revolusi anti-kolonial dan anti-imperialis. Revolusi semacam itu disebut
REVOLUSI KIRI. Demikianlah tangganggapan umum.; Pendirian, pandangan dan
politik anti-kolonial dan anti-imperialis, --- itu adalah KIRI.

Dalam arti tertentu, kekuatan militer Belanda yang bertindak
mempertahankan kolonialisme Belanda, adalah kekuatan Kanan. Yang
menentang kekuatan Kanan ini , pejuang-pejuang Republik Indonesia,
rakyat Indonesia yang membela dan melindungi gerilyawan Indonesia,
adalah kekuatan Kiri.

Secara umum, cakap-cakap santai (tapi juga serius – tidak ngalor
ngidul), bicara mengenai orang Kiri, kesamaan pengertian yang umum,
ialah, bahwa orang-orang Kiri adalah orang yang berfaham sosialis atau
faham komunis. Bisa jadi mereka itu anggota partai bersangkutan. Bisa
jadi juga non-partai. Banyak sekali memeluk agama Islam. Tidak sedikit
pula yang beragama Kristen, Hindu, Budha atau Konghucu. Atau bahkan
atheis, tak beragama.

/Dalam suatu percakapn dengan keluarga Prof. Dr. Wertheim, yang
berlangsung ketika beliau-beliau itu masih segar-bugar, pembicaraan kami
sering menyebut nama-nama tokoh-tokoh tertentu masyarakat atau politik
di Indonesia. Selalu Ibu Hetty Wertheim nyeletuk: “Orang yang disebut
namanya tadi itu, apakah ORANG KIRI?” Aku tanya pada Ibu Hetty Wertheim,
kenapa beliau selalu menanyakan apakah, orang yang disebut namanya tadi
itu, apakah dia ORANG KIRI?”. “Ya”, kata Ibu Hetty. “Kalau orang itu
orang Kiri, maka dia pasti orang baik. Pasti politiknya membela
kepentingan rakyat”. Begitulah pemahaman Ibu Hetty Wertheim, yang
kebetulan juga seorang intelektuil, mengenai apa itu 'orang Kiri”.
Pokoknya jika itu orang Kiri ,maka bisa dipastikan itu orang baik./

* * *

Bung Karno juga punya pengertian dan definisi sendiri, mengenai apa itu
Kiri. Di dalam bukunya “BUNG KARNO PENYAMBUNG LIDAH RAKYAT – seperti
dicatat oleh Cindy Adams, (Edisi Revisi, Agustus 2007), menyatakan a.l
demikian:

“Di dalam bidang politik Bung Karno adalah seorang nasionalis. Dalam
bidang keagamaan Bung Karno seorang yang percaya pada Tuhan. Tetapi Bung
Karno menjadi seorang penganut dari tiga pemikiran. Di bidang ideologi,
dia sekarang seorang sosialis. Kuulangi, bahwa aku seorang sosialis.
Bukan komunis. . . . . Aku seorang sosialis. Aku seorang yang beraliran
Kiri.

“Orang Kiri adalah mereka yang menghendaki perubahan kekuasaan kapitalis
yang ada, orde imperialistis. Keinginan untuk menyebarkan faham keadilan
sosial adalah Kiri. Dia tidak perlu komunistis. Seorang yang memiliki
idealisme seperti itu adalah seorang Kiri . . . .

“Nasionalisme tanpa keadilan sosial adalah nihilisme. Bagaimana suatu
negeri yang miskin dan sangat buruk seperti negeri kami dapat menganut
suatu aliran lain selain sosialisme?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MARHAENISME

· Marhaen

Orang yang menderita lahir batin akibat kapitalisme , kolonialisme/ imperialism ,feodalisme atau system lainya yang menindas dan mengungkung

· Marhaenis

Orang yang berjuang untuk kaum marhaen dalam membebaskan diri dari semua sistim yang mengungkung dan menindas dan mewujudkan masyarakat marhaenis yang tidak saling menindas

MARHAENISME

Ajaran bung Karno secara keseluruhan

v Bung karno dengan pisau analisa historis materialism menganalisa kondisi masyarakat Indonesia sebagai komunitas social ,hidup disuatu wilayah geo politik hindia belanda dan tidak dapat mengaktualisasikan tuntutan budi nuraninya (Social Consience Of Man )

Karena Apa ……?

Tertindas oleh system yang menindasnya , kolonialisme / imperialism ,anak kapitalisme dan feodalisme bangsa sendiri

BK (Bung karno) mencetuskan ideology disebut marhaenisme dengan asas

- Sosio Nasionalisme

- Sosio Demokrasi

- Sosio KeTuhanan YME